Thursday, 11 December 2014

Kritik perlu saran dan solusi ?

Sumber gambar
https://ffugm.wordpress.com/2014/03/19/logika-apakah-kritik-harus-disertai-solusi/
Hai everybody, siapa sih yang ga pernah dapet kritikan atau yang ga pernah ngritik? Semua orang pastinya pernah mengkritik ataupun dikritik. Ya itu adalah salah satu pola interaksi juga dalam berkomunikasi secara interpersonal atau dengan pihak lain.
Pada dasarnya sih memang setiap permasalahan ada jawabannya.
Oke masuk ke kritik dulu, kritik ini apa sih?  Mungkin kalo suruh jawab satu-satu bakal banyak banget opini masuk, tapi intinya sih kritik itu tindakan (ucapan) yang ditujukan buat kebaikan sesuatu karena sesuatu hal itu terlihat atau terasa kurang baik. Nah berarti disini ada 2 unsur utama dalam kritik, yaitu

  1. Keluhan
  2. Pengen ada perbaikan dalam sisi positif dari objek yang dikeluhkan
Masuk ke poin 1, keluhan .
Siapa yang ga suka ngeluh? Mungkin cuma malaikat kalee ya :D
Yah, kita semua manusia normal yang punya batasan dan ukuran masing-masing dalam segala hal. Ketika ada suatu kondisi yang bikin kita gak nyaman dan menurut kita gak sesuai dengan standar atau mood kita, dan saat itu (mungkin) keluhan akan keluar dari mulut atau cuma dipendem dalam hati. Kecewa? mungkin iya, contoh kecilnya aja kalo lagi buru-buru pengen cepet pulang dan dijalan ternyata macet karena ada perbaikan jalan. Sebagian besar bakal menggerutu sambil dongkol dakam hati atau malah langsung dengan frontalnya mengarahkan sebuah keluhannya baik secara lisan maupun tulisan, langsung atau tidak dan itulah yang bisa disebut sebagai kritik.

Lanjut ke poin 2, yap intinya kritik itu kebanyakan tujuannya buat kebaikan kok.
Kita mengharapkan adanya perbaikan dari hal yang kita kritik, pastinya perbaikan menjadi lebih baik (positif). Lalu apa yang harus dilakukan biar bisa seperti yang kau minta?  Masa kita harus ikut bantuin orang yang lagi benering jalan? (Kalo mau jadi relawan ya situ awkwak..)
Oke kasusnya bisa diubah jadi kecilan dikit deh biar gampang ilustrasinya, misal masalah tugas kelompok, yang pastinya dikerjain secara kelompok (namanya aja tugas kelompok). Kadang dalam penysunan tugasnya pastilah dibagi ke sub-sub bagian si A ngerjain bab 1 si B ngerjain bab 2 dst..
Nah dalam penyusunannya si A mengkritik si B karena dianggapnya bagian yang dia kerjain kurang lengkap, dan intinya si A minta ke B  benerin bagiannya itu secepatnya. Sampai disini 2 unsur diatas tadi udah ada. Jadi, apakah si A salah mengkritik si B? tentunya banyak banget pandangan tentang ini, ada yang jawab bener, mungkin juga banyak yang bilang salah. Tapi terlepas dari benar dan salahnya, disini ada beberapa yang harus di pahami tentang kritik walaupun kadang kalo ati udah dongkol udah ga urusan sama yang namanya teori (aturan yang baku). Gini deh, secara yang namanya kritik kan tujuan utamanya buat memperbaiki atau evaluasi jadi lebih baik kan? So, biar tujuan itu bisa tercapai maka dalam melakukan kritik juga mesti memperhatikan beberapa hal
  • Sifatnya negatif atau positif
Kritik(feedback) sebaiknya memang positif karena tujuan yang di inginkanpun adalah sesuatu yang positif, walaupun tak jarang kritik sengaja bersifat negatif karena dilatarbelakangi masalah pribadi.
Kritik yang positif diharapkan akan menjadi sebuah kritik yang membangun untuk subjek terlebih jika disertai saran yang positif pula, sehingga diharapkan bisa membuahkan pemikiran yang brilian sebagai solusi atas kritik yang disampaikan.
  • Tidak menyudutkan (destruktif )
Hal juga penting dalam memberikan kritik(feedback), selazimnya jika kritik itu disampaikan kepada subjek yang kita kenal dan mempunyai hubungan baik maka gunakanlah kritik yang bersifat membangun (konstruktif) bukan sebaliknya. Karena akan menyebabkan respon negatif dan bahkan membuatnya marah, down mungkin juga membenci kita yang mengkritiknya.
Kritik yang konstruktif dapat membawa pemikiran yang jernih, tanpa campuran energi negatif sehingga menghasilkan sebuah solusi yang positif dan dapat mengembangkan potensi dan kepercayaan diri dari subjek. 
  • Bukan karena perasaan subyektif, dorongan ego atau emosional belaka
Memang tidak bisa menjamin kestabilan emosional seseorang yang akan mengkritik, tetaoi alangkah baiknya faktor ini dihindari, karena jelas alasannya bukan secara positif. Walaupun kadang dengan alasan saking jengkelnya dan ingin melihatnya menjadi sesuatu yang lebih baik. Tetapi lebih baiknya bukan atas dorongan emosional. Karena sesuatu yang didasari dorongan emosional menyebabkan lost control dan pastinya bakalan merembet kemana-mana tuh urusannya jadi OOT ntar. 
Mending keep smile dolooo :) ... Kalo otak udah adem,hati udah nyesss bisa deh kasih wejangan :p
Tidak bisa hanya mengandalkan emosi, karena ingin subjek feedback berkembang, yang ada malah makin down dan jauh dari harapan, please be patient everything's gonna be okay ;) 
  • Fokus pada prosesnya/kinerjanya bukan subjeknya
Nah, ini salah satu dampak dari serangan negara api amarah (emosional) dari poin diatas, yang mestinya dikritik itu proses atau kinerjanya, bukan orangnya. Kalo orangnya sih emang gitu ya gitu aja, kalo udah emang sifatnya gitu terus jadi masalah? Kadang ini yang jadi titik awal permasalahan masalah kritik (feedback), ya gitu deh cuma gara-gara esmosi :p
So, keep smile lagiii.... :) baru kasih feedback
Kalo ga pengen ngerusak citra diri kita dan hubungan interpersonal kita tentunya, 
  • Kritik bukan menceramahi/mengadili
Ini juga salah satu buntutnya, abis ngeritik si subjek terus jadi mulai menyalahkan ini, itu, sana, sini dari A-Z bisa salah semua udah kayak hakim agung deh pokoknya, kurang ketokan palu aja :p
Padahal kritik itu sifatnya baiknya membangun bukan menyudutkan, jadi don't judge a film from it's poster, we don't know about what its contained before we see from begining and finished it.
  • Situasi dan kondisi
Ini juga gak kalah penting, kalo semua udah dipertimbangkan mateng-mateng dan udah siap tinggal nunggu sikon deh , pastikan sikon ini mendukung untuk pemberian feedback karena bagaimanapun baiknya sebuah feedback kalo sikon  gak pas juga bakal sia-sia, misal subjek lagi bad mood atau kalo subjeknya cewek lagi PMS, waduh senggol bacok tuh, sensi abiss. :p
Emang susah kalo ngadepi sikon  yang gak pas, tapi kalo kayak gitu adanya mau gimana? Nyalahin sikon? Gak ada guna, sikon mau diapain juga gitu-gitu aja .
Solusinya emang mesti bener milih kata, susunanya jangan rancu, tapi tetep alami. Kesan dalam penyampaiannya juga ada unsur kepedulian, kepercayaan, penerimaan dan concern terhadap kebutuhan orang lain. Karena fungsi feedback adalah bagaimana memandang diri sendiri sebagaimana orang lain memandang dirinya sendiri. 

Itu beberapa poin yang bisa jadi pertimbangan dalam memberikan kritik(feedback). Yang intinya punya fungsi kesediaan diri buat nerima dan mempertimbangkan konsep dan pemikiran orang lain tentang diri kita. Inget ada pepatah jawa 
Ojo Rumongso Iso Nanging Iso Rumongso
Ya mungkin pepatah diatas cukup mewakili, karena dalam komunikasi kritik itu biasa, tetapi alangkah luar biasa jika suatu kritik tersebut dapat membangun dan sekaligus memberikan sebuah solusi dari masalah yang di sampaikan melalui kritik tersebut . Memang tidak mudah menguasain semua hal diatas, tapi percayalah kita bisa ! karena semua ada ilmunya, semua ada seninya dan semua bisa dipelajari . CMIIW :D
Mari Belajar Bersama :)

0 comments

Post a Comment